Desain Biophilic: Menyatukan Alam dan Arsitektur untuk Kehidupan yang Lebih Sehat dan Bahagia.

Dalam dunia Arsitektur dan Desain Interior, istilah Biophilic Design sedang menjadi sorotan. Ini bukan sekadar tren visual, tetapi merupakan sebuah filosofi yang berakar pada kebutuhan manusia untuk terhubung dengan alam. Desain Biophilic membawa kita kembali ke esensi hidup, ke hubungan mendalam antara ruang buatan dan dunia alami, menghadirkan harmoni yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Di Indonesia, konsep ini mulai mendapat tempat, terutama di kota-kota besar dimana akses ke alam sering kali terbatas.

doc: Pinterest

Apa itu Desain Biophilic?

Desain Biophilic adalah pendekatan Arsitektur dan Desain yang bertujuan untuk mengintegrasikan elemen-elemen alam ke dalam lingkungan buatan. Filosofi ini didasarkan pada Biophilia, konsep yang diperkenalkan oleh ahli biologi Edward O. Wilson pada 1980-an, yang menyatakan bahwa manusia secara naluriah memiliki hubungan emosional dengan alam. Dalam desain, biophilic mencakup elemen-elemen seperti cahaya alami, tanaman, air, tekstur alami, serta pandangan langsung ke landscape alam.

Contoh Spesifik: Dalam proyek kantor di Jakarta yang menerapkan konsep biophilic, tanaman indoor dan cahaya alami telah terbukti membantu mengurangi tingkat stress karyawan serta meningkatkan keterlibatan dan kepuasan kerja. Dengan lebih banyak ruang hijau dan material alami, karyawan merasa lebih rileks dan nyaman, meskipun berada ditengah hiruk-pikuk kota Jakarta.

doc: Pinterest

Meningkatkan Kualitas Udara dan Kesehatan Fisik

Tanaman tidak hanya memberikan kesan estetika, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kualitas udara didalam ruangan. Mereka menyaring polutan dan menambahkan oksigen ke udara, membuat ruang lebih sehat. Di Indonesia, dimana polusi udar menjadi maslaah di kota-kota besar, penerapan elemen-elemen biophilic dapat menjadi solusi praktis untuk memperbaiki kualitas udara dalam ruangan, menciptakan tempat tinggal dan kerja yang lebih sehat.

Contoh Spesifik: Pada beberapa pusat perbelanjaan besar di Jakarta dan Surabaya, taman-taman indoor dan instalasi vertical hijau (Green Walls) tidak hanya mempercantik interior, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas udara. Ini juga memberikan tempat bagi pengunjung untuk beristirahat dan melepaskan diri dari kebisingan kota, menawarkan oasis kecil ditengah padatnya kawasan perkotaan.

doc: Pinterest

Menambah Konektivitas dengan Alam di Lingkungan Urban

Di kota-kota besar, orang sering kali kehilangan akses langsung ke alam. Desain Biophilic berusaha mengatasi keterbatasan ini dengan membawa elemen-elemen alam ke dalam bangunan. Ini bisa berupa jendela besar yang menawarkan pemandangan taman, air terjun kecil di lobi hotel, atau taman vertical yang memanjakan mata dengan hijau segar.

Contoh Spesifik: Rumah Cluster Alam Sutera di Tangerang menggabungkan unsur Biophilic dengan menyediakan taman-taman kecil di setiap rumah, ditambah dengan jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang. Elemen-elemen ini menciptakan suasana yang lebih segar dan natural di area hunian, mengurangi kesan sempit dari lingkungan urban.

doc: Google

Elemen-Elemen Utama dalam Desain Biophilic

Pencahayaan Alami

Cahaya alami adalah salah satu elemen terpenting dalam Desain Biophilic. Ini tidak hanya mencerahkan ruang tetapi juga meningkatkan suasana hati dan produktivitas. Desain yang cerdas dengan memaksimalkan jendela besar, skylight, atau pemanfaatan material transparan yang dapat memantulkan cahaya alami akan menciptakan ruang yang terasa hidup.

Tanaman dan Vegetasi

Penggunaan tanaman indoor atau taman vertical membawa nuansa alam langsung ke dalam ruang. Tanaman juga memberikan manfaatkesehatan dengan menyaring udara dan menciptakan suasana yang lebih segar. Di kantor atau rumah, keberadaan tanaman hijau menambah estetika sekaligus memberikan rasa tenang.

Contoh Spesifik: Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali adalah contoh luar biasa dari penerapan Desain Biophilic. Area Check-in hingga ruang tunggu dipenuhi oleh tanaman hijau, menciptakan suasana yang lebih relaks bagi para pengunjung. Elemen alami ini juga membantu menurunkan tingkat stress, yang biasanya tinggi di Bandara.

doc: Google

Air Sebagai Elemen Desain

Air adalah elemen alami yang kuat dan memberikan efek menenangkan. Penggunaan elemen air seperti kolam, air terjun mini atau bahkan aliran air dalam desain interior dapat menciptakan suara alami yang menenangkan dan menambah dimensi keindahan visual.

Contoh Spesifik: Beberapa hotel resort di Bali, seperti Ayana Resort, menampilkan elemen air yang menonjol, mulai dari kolam renang yang terintegrasi dengan landscape, hingga air terjun kecil di area spa. Elemen air ini menciptakan pengalaman sensoris yang lebih kaya, membuat pengunjung merasa benar-benar terhubung dengan alam di sekitarnya.

doc: Pinterest

Material Alami

Penggunaan material seperti kayu, batu, dan bamboo menghadirkan sentuhan alam ke dalam ruangan. Material ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan tekstur alami yang menyenangkan secara visual dan sentuhan.

Contoh Spesifik: Banyak kafe dan restoran di Yogyakarta dan Bandung yang mulai memanfaatkan desain biophilic dengan menonjolkan furniture kayu, lantai batu alam, dan dekorasi tanaman indoor. Konsep ini tidak hanya meningkatkan estetika tempat, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih hangat dan ramah bagi para pengunjung.

doc: Pinterest

Desain Biophilic di Indonesia: Mengapa ini Relevan?

Di Indonesia, dimana populasi urban terus tumbuh dan ruang hijau semakin terbatas, desain biophilic menjadi semakin relevan. Kota-kota seperti Jakarta dan Surabaya mengalami urbanisasi cepat, yang berarti lebih banyak gedung beton dan lebih sedikit ruang untuk taman dan alam. Desain Biophilic hadir sebagai solusi untuk mengembalikan elemen alam ke dalam kehidupan perkotaan.

Selain itu, budaya Indonesia yang sangat menghargai alam dan harmoni dengan lingkungan alam menjadikan konsep ini sangat sesuai. Baik di rumah, kantor, maupun ruang public, penerapan Desain Biophilic membantu menciptakan ruang yang sehat, indah, dan ramah lingkungan.

Dengan Desain Biophilic, kita bisa menciptakan ruang yang lebih dari sekadar tempat tinggal atau bekerja. Kita bisa merasakan kehadiran alam, bahkan di tengah kota yang sibuk. Inilah masa depan dimana arsitektur dan alam bersatu, memberikan kehidupan yang lebih baik dan lebih terhubung dengan dunia sekitar kita.

Bentuk Kurvilinear dan Organik dalam Arsitektur: Seni Membangun yang Mengalir dengan Alam

Halo Rekan Sense semua! Kembali lagi nih sama MinSense di Kabar Sense! Jadi di Kabar Sense yang sebelumnya MinSense membahas tentang Renovasi VS Membuat Rumah Baru. MinSense hari ini mau membahas tentang sesuatu yang baru nih Rekan Sense, yaitu, Bentuk Kurvilinear dan Organik dalam Arsitektur: Seni Membangun yang Mengalir dengan Alam. Apa yaa kira-kira Bentuk Kurvilinear itu? Yuk yang penasaran langsung simak bareng-bareng yaa!

Arsitektur Modern terus berkembang, dan salah satu tren yang paling menarik saat ini adalah penggunaan bentuk kurvilinear dan organic. Tren ini tidak hanya soal estetika, tetapi juga mencerminkan filosofi desain yang menghubungkan manusia dengan lingkungan secara lebih mendalam. Di Indonesia, penerapan bentuk-bentuk ini mulai terlihat dalam proyek-proyek arsitektur yang inovatif, terutama di kawasan wisata seperti Bali dan Lombok, serta pada proyek hunian urban yang semakin sadar akan pentingnya keseimbangan antara ruang buatan dan alam.

doc: pinterest

Apa yang Dimaksud dengan Bentuk Kurvilinear dan Organik?

Bentuk kurvilinear dalam arsitektur mengacu pada desain yang menampilkan garis-garis melengkung, alih-alih sudut tajam atau bentuk geometris kaku. Bentuk organic, di sisi lain, terinspirasi dari pola-pola yang ditemukan di alam, seperti bentuk ombak, aliran angina, atau lekukan bebatuan.

Di Indonesia, dimana alam memainkan peran besar dalam budaya dan kehidupan sehari-hari, pendekatan ini menjadi cara untuk harmoniskan bangunan dengan landscape tradisional. Misal, didaerah pesisir atau pegunungan, bentuk-bentuk organic memungkinkan bangunan beradaptasi lebih baik dengan contour tanah yang tidak selalu rata, dan pada saat yang sama menciptakan suasana yang lebih menyatu dengan alam.

doc: pinterest

Mengapa Bentuk Kurvilinear dan Organik Penting di Indonesia?

Menyesuaikan dengan Alam Tropis

Indonesia adalah Negara dengan iklim tropis dan beragam landscape, mulai dari pantai hingga pegunungan. Bentuk arsitektur yang kurvilinear memungkinkan bangunan mengalir bersama landscape alami, seperti yang terlihat di beberapa resort dan hotel di Bali yang memanfaatkan lekukan tanah untuk menciptakan pemandangan dramatis. Struktur melengkung ini juga sering digunakan untuk membantu sirkulasi udara alami, sangat penting di iklim yang lembap dan panas, mengurangi ketergantungan pada pendingin udara.

Contoh Spesifik: Alila Villas Uluwatu di Bali memanfaatkan bentuk-bentuk kurvilinear untuk mengikuti contour tebing, dengan pavilion melengkung yang menghadap langsung ke laut, menciptakan ilusi bangunan yang “mengapung” diatas landscape alami.

doc: Pinterest

Konteks Budaya yang Mendalam

Bentuk-bentuk organic sering kali selaras dengan nilai-nilai budaya lokal yang menghormati alam. Di banyak wilayah di Indonesia, terutama di Bali, filosofi hiudp seperti Tri Hita Karana – hubungan harmonis antara manusia, alam, dan dewa – sangat mendalam. Arsitektur dengan desain kurvilinear dan organic dianggap lebih selaras dengan prinsip ini karena bangunan tidak “mendominasi” alam, melainkan berkolaborasi dengan lingkungan sekitarnya.

Contoh Spesifik: Green Village di area Ubud, Bali, adalah komunitas hunian yang dibangun hampir seluruhnya dari bamboo, dengan bentuk-bentuk lengkung yang menyerupai elemen alami. Desainnya mengalir dengan lekukan tanah dan vegetasi, menjadikannya contoh arsitektur organic yang meminimalkan dampak pada lingkungan sambil memberikan pengalaman hidup yang lebih terhubung dengan alam.

doc: pinterest

Efisiensi Energi dan Ramah Lingkungan

Bangunan dengan bentuk kurvilinear sering kali lebih efisien dalam hal penggunaan energy. Bentuk melengkung membantu memaksimalkan aliran udara, menciptakan ruang yang lebih sejuk secara alami. Selain itu, desain ini memungkinkan cahaya alami masuk lebih efektif ke dalam bangunan, mengurangi kebutuhan akan pencahayaan buatan di siang hari.

Contoh Spesifik: Pada proyek The Edge, sebuah villa eksklusif di Uluwatu, Bali. Arsitekturnya menampilkan bentuk-bentuk melengkung pada atap dan fasad untuk memanfaatkan sirkulasi udara alami, menjadikan bangunan ini hemat energy dan lebih ramah lingkungan. Desain melengkung juga memungkinkan pandangan tanpa batas ke arah laut lepas, menciptakan kesan keterbukaan yang lebih dalam.

doc: Pinterest

Pengaruh Bentuk Kurvilinear dalam Perkotaan di Indonesia

Di daerah  perkotaan, dimana lahan semakin terbatas, bentuk-bentuk kurvilinear dan organic digunakan untuk memaksimalkan penggunaan ruang yang tersedia. Bentuk lengkung memungkinkan arsitek untuk menciptakan bangunan yang lebih kompak tanpa kehilangan fungsionalitas atau estetika. Di Jakarta, misalnya, beberapa gedung perkantoran dan apartmen telah mulai mengadopsi bentuk kurvilinear untuk memberikan kesan unik dan lebih ramah dibandingkan dengan gedung-gedung kotak yang biasanya mendominasi langit kota.

Contoh Spesifik: Clover Tower di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, adalah salah satu contoh gedung perkantoran yang mengadopsi bentuk kurvilinear pada fasadnya. Bangunan ini memiliki sudut yang membulat, memberikan kesan fluiditas dan mengurangi kesan keras di kawasan yang padat. Penggunaan kaca lengkung pada fasad juga memungkinkan pantulan cahaya alami yang lebih lembut, menambah suasana modern namun bersahaja.

doc: Google

Masa Depan Arsitektur Kurvilinear dan Organik di Indonesia

Penerapan bentuk kurvilinear dan organic di arsitektur Indonesia tidak hanya menjadi pilihan gaya, tetapi juga bagian dari gerakan menuju arsitektur berkelanjutan (Sustainable Architecture). Seiring dengan peningkatan kesadaran akan perubahan iklim dan pentingnya pelestarian alam, semakin banyak arsitek yang menggunakan pendekatan ini untuk menciptakan bangunan yang lebih ramah lingkungan dan efisien energy.

Selain itu, dengan semakin populernya konsep co-living dan co-working di Indonesia, bentuk-bentuk ini bisa membantu menciptakan ruang-ruang yang lebih fleksibel dan multi-fungsi, dimana desain organic memungkinkan penghuninya merasa lebih terhubung satu sama lain dan dengan lingkungan sekitarnya.

Kesimpulan

Dengan memperhatikan karakteristik iklim, budaya, dan lingkungan Indonesia, bentuk kurvilinear dan organic memberikan solusi arsitektural yang tidak hanya estetis tetapi juga fungsional. Tren ini mengajak kita untuk membangun ruang yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga lebih selaras dengan alam dan lebih nyaman untuk dihuni. Arsitektur ini adalah manifestasi dari harmoni antara manusia, desain, dan alam – suatu filosofi yang sangat relevan di masa depan yang berkelanjutan.