KOK BISA? CHINA BANGUN KOTA FUTURISTIK DALAM WAKTU YANG SINGKAT – INI RAHASIANYA
Oke Rekan Sense, Coba deh bayangin ini dulu.
Rekan Sense lagi jalan-jalan di Tengah kota. Tapi bukan kota biasa. Gedung-gedungnya tinggi banget, bentuknya tidak lazim – ada yang mirip cincin, ada yang mirip gelembung, bahkan ada jembatan melingkar yang mirip seperti gelang raksasa. Semuanya menyala, ada yang memakai tenaga surya, ada juga yang bisa “mengatur suhu sendiri”. Terdengar seperti film-film sci-fi yang sering Rekan Sense nonton kan?
Tapi ini bukan CGI. Ini nyata. Inilah yang sedang terjadi di banyak kota besar di China hari ini.
KENAPA CHINA?
Satu pertanyaan yang sering muncul: Kenapa China bisa secepat itu bangun Gedung-gedung yang kelihatannya “dari masa depan”?
Jawaban sederhananya?
Ambisi. Skala. Eksekusi.
China itu negara yang kalau Rekan Sense punya ide, langsung gas! Tidak pakai banyak wacana, dan karena mereka punya resources yang besar – dari sisi dana, tenaga kerja, sampai teknologi – hal yang di negara lain butuh 10 tahun, di China bisa kelar dalam waktu 2 tahun.
Tapi bukan hanya soal cepat. Mereka juga berani beda. Desain-desain yang mungkin dianggap “aneh” di negara lain, disana justruk diberikan lampu hijau.
ARSITEKTUR FUTURISTIK ITU BAGAIMANA SIH?
Gampangnya, ini bukan hanya sekedar gedung tinggi.
Futuristik itu lebih ke arah bentuk yang tidak konvensional, teknologi yang menyatu dengan struktur, dan fungsi yang disesuaikan sama gaya hidup masa depan. Jadi bukan cakep diluar, tapi juga smart di dalam.
Contohnya:
- Memakai AI untuk mengatur suhu ruangan otomatis
- Memiliki panel surya yang bisa menyimpan energi buat seharian
- Desainnya membantu sirkulasi udara alami, hemat listrik
- Bahkan ada yang punya taman vertikal untuk menyerap CO2
Jadi bukan hanya untuk gaya-gayaan saja yaa Rekan Sense.

GEDUNG-GEDUNG DI CHINA YANG “IMPOSSIBLE”
Supaya tidak hanya teori saja, ini Minsense kasih beberapa contoh bangunan yang bener-bener mind-blowing:
Shanghai Tower
Gedung tertinggi kedua di dunia. Tapi yang keren bukan hanya tingginya, tapi cara dia “bernapas”. Struktur spiralnya mengurangi tekanan angin, lalu fasad ganda-nya membuat sirkulasi udara lebih efisien. Bahkan ada turbin angin untuk supply listrik sendiri.

Galaxy SOHO – Beijing
Gedung ini bentuknya seperti gelembung-gelembung besar yang menyatu. Desainnya halus, mengalir, tanpa sudut tajam.

Phoenix Internasional Media Center
Bayangkan DNA yang diputer, kira-kira begitulah bentuk gedung ini. Dibuat dari logam dan kaca melengkung, dan dari jauh kelihatan seperti benda alien tersangkut di kota. Tapi ini adalah kantor media.

Forest City – Liuzhou
Bayangkan ini Rekan Sense, satu kota penuh dengan gedung bertingkat, tapi semua ditutupin tanaman. Literally. Fungsinya buat menyerap polusi dan bikin udara lebih bersih. Ini bukan render ya, ini beneran dibangun loh.

BAGAIMANA BISA SECEPAT ITU?
Ada 3 faktor besar yang bikin China bisa lari sekencang ini:
Ada 3 faktor besar yang bikin China bisa lari sekencang ini:
Dukungan Pemerintah Total
Pemerintah China mengeluarkan dana besar untuk mendorong kota-kota baru. Bahkan beberapa kota dibangun dari nol, seperti kota Xiong’an. Mereka tidak hanya dikasih izin, tetapi juga tantangan: Bikin yang berbeda, bikin kota yang smart.
Kolaborasi Global
Banyak arsitek top dunia diajak bekerja sama seperti Zaha Hadid, Norman Foster, dll. Tetapi bukan Cuma itu, arsitek lokal juga diberi kesempatan untuk mengeksplorasi desain yang gila. Jadi di setiap bangunan ada campuran unsur global dan lokal.
Fast Mentality
Culture di China itu: “Kalau bisa sekarang, Kenapa harus tunggu?”
Pekerjaan jalan 24 jam, proyek bisa dikebut tanpa kompromi kualitas. Inilah kenapa satu kota bisa berubah secara drastis hanya dalam waktu 5 tahun.
BAGAIMANA DENGAN SUSTAINABILITY?
Nah ini penting, banyak yang berpikir gedung futuristik itu hanya untuk flexing. Tetapi sebenarnya banyak proyek di China sekarang fokus ke green architecture.
Contoh:
- Gedung memakai sistem daur ulang air hujan
- Memakai material lokal yang bisa didaur ulang
- Fasad hijau yang menurunkan suhu didalam kota
- Bahkan beberapa gedung bisa menghasilkan energi lebih banyak daripada yang dipakai
Ada juga yang disebut “vertical forest” – gedung yang punya ribuan tanaman, yang bisa menyerap CO2 ratusan ton per tahun. Jadi ini tidak hanya suatu hal yang keren, tetapi juga bermanfaat bagi lingkungan.

PELAJARAN BUAT Indonesia
Nah ini menarik, apa sih yang bisa Rekan Sense pelajari dari China?
Berani Berpikir Besar
Kadang kita buru-buru berpikir, “Ah, ini terlalu susah!”. Padahal kalau ide-nya bagus dan impact-nya besar, harusnya dikejar, bukan ditunda.
Buka Ruang Eksplorasi Buat Anak Muda & Arsitek Lokal
Banyak gedung-gedung keren di China justru datang dari tim-tim muda. Indonesia juga memiliki banyak bakat yang bisa dikembangkan, hanya tinggal diberikan panggung dan kepercayaan untuk membuktikannya.
Integrasi Teknologi + Desain Lokal
Jangan hanya ikut-ikutan dengan desain dari luar. Menggabungkan budaya lokal kita dengan teknologi masa kini. Itu yang akan membuat arsitektur Indonesia berbeda dan memiliki identitasnya sendiri.
BAGAIMANA Indonesia BISA MULAI MEMBANGUNG ARSITEKTUR FUTURISTIK (TANPA HARUS MEMBAKAR MILIARAN)?
Salah satu anggapan paling umum soal arsitektur futuristik adalah “Mahal. Butuh modal besar. Hanya bisa dilakukan negara-negara besar seperti China/Amerika.”
Padahal kenyataannya, banyak prinsip dari desain futuristik yang bisa diadopsi bahkan di skala kecil – asal strateginya tepat.
Berikut ini langkah-langkah yang bisa mulai diterapkan, bahkan oleh pemda, pengembang lokal, atau arsitek muda yang baru memulai.
Step 1: Mengubah Mindset dari “Mahal” ke “Inovatif”
Futuristik bukan berarti full LED, AI, atau robot dimana-mana.
Terkadang yang membuat suatu desain futuristik itu adalah cara berpikirnya, bukan teknologinya.
Misal:
- Memakai ventilasi silang alami -> bangunan dingin tanpa AC
- Desain fasad miring -> Membikin pencahayaan alami masuk dengan maksimal
- Atap hijau atau mini vertical garden -> menyerap panas, membuat ruangan menjadi dingin, ini semua tidak butuh teknologi mahal. Tetapi efeknya cukup masif membuat kenyamanan dan efisiensi energi.

Step 2: Manfaatkan Material Lokal Secara Kreatif
Kita punya bambu, batu alam, rotan, kayu jati, tanah liat – semua ini bisa menjadi elemen arsitektur futuristik apabila dipakai dengan pendekatan desain yang modern.
Contoh:
- Dinding bambu berlapis, dikombinasikan dengan kaca
- Atap daun kelapa model baru yang tahan panas
- Struktur modular dari bata press daur ulang
Selain hemat biaya, ini juga ramah lingkungan dan memberikan identitas lokal yang kuat.

Step 3: Prioritaskan Fungsi dan Adaptabilitas
Salah satu ciri arsitektur masa depan adalah fleksibilitas ruang.
Bangunan harus bisa berubah fungsi sesuai kebutuhan.
Contoh:
- Ruang kerja siang hari -> jadi ruang belajar malam hari
- Teras rumah -> bisa dilipat jadi mini co-working space
- Tangga luar -> bisa jadi tempat duduk komunitas
Desain multifungsi ini bisa dibuat tanpa biaya tinggi, tapi dengan kreativitas arsitek dan tukang lokal.

Step 4: Start Small, Show Proof
Tidak perlu langsung membikin kota baru, cukup mulai dari satu unit:
- Satu sekolah dengan konsep green building.
- Satu taman umum yang memakai desain modular dan lampu tenaga surya.
- Satu halte bus dengan panel surya + Integrasi smart schedule.
Kalau berhasil, duplikasinya akan jauh lebih gampang dan terstruktur. Investor dan pemerintah daerah pun akan lebih percaya untuk support.

Step 5: Libatkan Anak Muda dan Komunitas
Banyak arsitek muda di Indonesia punya ide-ide menarik yang futuristik banget, tapi tidak diberikan ruang untuk berkembang. Padahal mereka ini yang justru berani untuk bereksperimen.
Solusinya?
- Bikin kompetisi desain publik.
- Kolaborasi antara kampus, pemerintah kota, dan pengembang.
- Pameran desain arsitektur low-budget tapi high-concept.
Melibatkan komunitas juga penting, karena apabila warga mengerti visi desainnya, mereka juga akan ikut untuk menjaga dan merawat.
Intinya?
Membangun masa depan itu tidak harus mahal. Tetapi harus berani berbeda.
Rekan Sense bisa mulai dengan skala kecil, memakai apa yang kita punya, dan menunjukkan bahwa desain yang keren, hemat energi, dan adaptif bukan hanya bisa dilakukan oleh negara kaya – tetapi juga bisa lahir dari desa, kampung, atau kota kecil di Indonesia.
Leave a Reply